Minggu, 18 Juli 2010

MAKALAH PENYAKIT MALARIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi Protozoa dari genus plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil ) serta demam berkepanjangan.

Penyakit malaria memiliki 4 jenis plasmodium, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik.

Malaria adalah penyakit yang bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO 1981) ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan malaria adalah plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan plasmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di sulawesi, irian jaya dan negara timor leste.

Proses penyebaran penyakit ini dimulai dari nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9-40 hari ( WHO 1997).

Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika dan Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk.

Banyumas, seperti diklaim pemerintah, merupakan daerah yang sudah bebas malaria sejak 10-15 tahun terakhir. Tapi tiba-tiba, Juli 2001 terjadi kejadian luar biasa (KLB) malaria yang menjangkiti sekitar 150 penduduk; Desember 2001-Januari 2002, kembali terjadi lonjakan kasus malaria, terutama di empat kecamatan (Kemrajen, Somagede, Sumpiuh dan Tambak) yang meliputi 17 desa. Sejak Juli 2001 sampai pertengahan Januari 2002 itu, tercatat 5.409 penderita malaria klinis, 1.127 orang di antaranya positif ada parasit dalam darahnya. KLB malaria pun memakan korban jiwa delapan orang.

Pemerintah menilai Banyumas sebagai wilayah pantai selatan yang merupakan habitat nyamuk Anopheles sp, tidak mungkin memberantas nyamuk itu sampai habis. Karena perubahan iklim global meningkatkan populasi nyamuk secara drastis. Yang bisa dilakukan hanyalah menekan populasi nyamuk dengan, misalnya menebar ikan di persawahan. Selain itu, adanya lonjakan KLB juga disebabkan, kendurnya pemantauan populasi nyamuk oleh petugas kesehatan, lantaran sudah lama tidak ada kasus malaria. Masyarakat pun menjadi lengah. Sementara itu, krisis ekonomi membuat kemampuan menyediakan insektisida untuk menyemprot nyamuk juga menjadi terbatas, sehingga timbul KLB pertama pada Juli 2001. KLB kedua terjadi lebih dikarenakan selama bulan Puasa dan Lebaran, banyak penduduk yang merantau pulang kampung. Penduduk yang merantau di daerah endemis, seperti Lampung, Riau atau Kalimantan, pulang membawa parasit dan menularkannya ke penduduk desa.

Memang, cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan daerah yang terlalu padat, memudahkan penyebaran penyakit ini. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah itu. Selain itu, perubahan iklim, perubahan lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan air di bekas galian pasir juga penebangan hutan bakau, juga mempercepat penyebaran penyakit malaria. Hal itu diperparah dengan perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya.

Hasil analisis Geographic Health Information System yang dikembangkan di enam provinsi termasuk Jawa Tengah, menunjukkan seluruh Jawa Tengah berpotensi terjadi KLB malaria. Didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah daerah endemik malaria mulai mencanangkan Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria secara komprehensif dan terpadu. Upaya penanggulangan lewat Gebrak Malaria dilakukan dimulai sejak 2000 untuk daerah Kabupaten Kepulauan Riau (Riau), Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kabupaten Lombok Barat (NTB). Pada 2001, Gebrak Malaria dikembangkan di beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah.

I.2 TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing, selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk membuka wawasan dan cara berpikir kita agar dapat memahami berapa pentingnya menjaga kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

SIKLUS PARASIT MALARIA
Siklus parasit malaria adalah setelah nyamik anopeles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (ekso-eritositer). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit/kriptozoid yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer). Setelah sel hati pecah akan keluar merezoit/kriptozoit yang masukke eritrosit membentuk stdium sizon tua/ matang sehingga erirosit pecah dan keluar merosoit. Merezoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk dihisap oleh nyamuk malaria dan melanjutkansiklus hidup ditubah nyamuk (stadium sprogoni).pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookista, kemudain masuk kedinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sprozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan kedalam tiubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P.Ovale pada siklus parasitnya dijaringan hati (sizon jaringan), sebagaimparasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam dijaringan hati disebut hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke erirosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya, ½ tahun yang sebelumnya pernah menderita p.vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami stress/kelelahan, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif p.vivax/ovale.

CARA MENANGGULAGI MALARIA

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium. Penyakit ini memiliki empat jenis dan masing-masing disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:

1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua minggu setelah infeksi).

2. Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau dan kematian.

3. Malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap tiga hari.

4. Malaria yang paling jarang ditemukan adalah yang disebabkan plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.

Penyakit yang mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangannya ini berasal dari nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua atau matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.

Sebagian besar Merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).

Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang akan pecah dan keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk, dan siap untuk ditularkan ke manusia.

Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya, di jaringan hati (sizon jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati -disebut hipnosit. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun, misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah, akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1–2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila kemudian mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul kembali, sekalipun yang bersangkutan tidak digigit nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati SD positif P. vivax/ovale.

Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50 persen hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.

Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 persen penduduk.

A. Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium berurutan:

2. Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.

3. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen) suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.

4. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah berkeringat, penderita merasa sehat kembali.

Di daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai imunitas terhadap malaria, gejala klasik di atas timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut- kadang muncul gejala lain.

B. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:

1. Demam

2. Menggigil

3. Berkeringat

4. Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.

5. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-pega pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di Yogyakarta).

C. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai salah satu gejala di bawah ini:

1. Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)

2. Kejang, -beberapa kali kejang

3. Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran

4. Mata kuning dan tubuh kuning

5. Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan

6. Jumlah kencing kurang (oliguri)

7. Warna urine seperti teh tua

8. Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)

9. Nafas sesak

Seseorang bisa diketahu terserang penyakit malaria lewat penampakan klinis (seperti gejala-gejala di atas) atau pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium (SD), seseorang bisa diketahui terkena:

Ø Malaria ringan atau tanpa komplikasi:
a. Malaria falciparum (tropika), disebabkan p. falciparum
b. Malaria vivak/ovale (tertiana), disebabkan p. vivax/ovale
c. Malaria malariae (kuartana), disebabkan p. malariae


PERAN BERBAGAI LINTAS SEKTOR DALAM MELAWAN MALARIA

Sejak 1638, malaria sudah ditangani dengan menggunakan getah batang pohon cinchona yang dikenal sebagai kina -sebenarnya beracun, untuk menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine (quinacrine hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine; dan kadar racunnya lebih rendah. Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total dan lebih efektif menekan jenis-jenis malaria tanpa perlu digunakan secara terus menerus, dibandingkan atabrine atau quinine. Obat itu juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-obatan terdahulu.

Tapi baru-baru ini, strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria sintetik lainnya. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, di semenanjung Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plasmodium falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan itu, fakta bahwa beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida seperti DDT, telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga di antara pengungsi-pengungsi dari daerah itu. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti penyakit malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria seperti profilaksis (obat pencegah).

Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Tapi obat itu saat ini sedang diselidiki, apakah dapat menimbulkan efek samping merugikan. Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara itu, proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.

Saat ini, para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat, kini sedang diuji coba klinis untuk keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan. Sementara itu, ahli lainnya sedang berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan pun sedang dilakukan untuk menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin yang digunakan ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan itu terbukti efektif terhadap plasmodium falciparum, tapi masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.

Upaya penanggulangan juga dilakukan dengan pencarian penderita, yaitu dengan mass fever survey (pemeriksaan massal penderita demam) dilanjutkan pengobatan massal, penyuluhan, pemberantasan vektor malaria, yaitu nyamuk anopheles sp. Pemberantasan nyamuk itu bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida ICON 10 WP, seperti yang dilakukan di Banyumas, pegunungan Menoreh dan Kedu.

Tapi, penduduk negara-negara yang umumnya masih terbelakang menemukan cara baru yang murah dan efektif dalam memerangi nyamuk anopheles sp, dengan memanfaatkan binatang peliharaan: sapi diolesi insektisida. Metode itu dilakukan, lantaran nyamuk malaria menyukai binatang. Anopheles sendiri mencari makanan dengan mengisap darah binatang dan hanya sekali-sekali memangsa manusia. “Anopheles stepheni dan Anopheles culicifaciespun gemar mengisap darah sapi,” kata Mark Rowland dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Uji coba kemudian dilakukan di enam kamp. penampungan para pengungsi Afganistan di provinsi Lembah Hangu, Pakistan. Para pengungsi mengolesi sapinya dengan deltametrin selama tiga kali musim malaria. Hasilnya, cara ini sama efektifnya dengan penyemproton rumah. Kelebihannya, biayanya 80 persen lebih murah. Cara ini pun lebih mudah dan aman bagi penduduk. Bukan hanya itu, juga ditemukan keuntungan lainnya: insektisida itu juga terbukti dapat membasmi kutu hewan, sehingga hewan itu semakin montok dan menghasilkan lebih banyak susu. Kelebihan lainnya adalah insektisida itu terbukti tidak mengkontaminasi daging sapi.

Mendengar metode itu, WHO menyambutnya dengan baik dan mengusulkan agar diterapkan di negara-negara Asia tropis. Tapi Rowland mengingatkan, cara itu hanya tepat jika jenis nyamuknya suka dengan binatang dan terutama mencari makanan dengan mengisap darah sapi. Di Afrika, misalnya, cara itu mungkin tidak dapat diterapkan karena jenis nyamuknya berbeda.

PENGOBATAN MALARIA
Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat malaria).
Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat:

ü Membunuh semua stadium dan jenis parasit

ü Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps

ü Toksisitas dan efek samping sedikit

ü Mudah cara pemberiannya

ü Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat

Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan operasioanal itu adalah:

ü Produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik –bahkan obat palsu-

ü Distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesma

ü Kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah ditetapkan

ü Kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan (misal, klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja)

Sementara itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap obat. Untuk pengobatan malaria, beberapa jenis obat (lihat juga “Obat Malaria”) yang dikenal umum adalah:

ü Obat standar: klorokuin dan primakuin

ü Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)

ü Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus)

ü Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc)

ü obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.

OBAT MALARIA

Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan jerman berhasil menemukan atabrine (quinacrine hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah.

Ø Klorokuin
Kerja obat ini adalah:

ü Sizon darah: sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan gejala klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap serangan akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam; bila penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap p. falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi penderitaan

ü Gametosit: tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet muda

Farmokodinamikanya:

Menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA. Obat bersenyawa dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu.

Toksisitasnya:

ü Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)

ü Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih besar/sama dengan 30 mg basa/kg BB

Efek sampingnya:

ü Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam keadaan kosong

ü Pandangan kabur

ü Sakit kepala, pusing (vertigo)

ü Gangguan pendengaran

Formulasi obat:

ü Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam.

ü Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml basa klorokuin disulfat per ampul.

Ø Primakuin

Kerja obat ini adalah:

ü Sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae tidak diketahui

ü Sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi sehingga perlu hati-hati

ü Gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit

ü Hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale

Farmakodinamikanya

Farmakodinamikanya adalah menghambat proses respirasi mitochondrial parasit (sifat oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit

Toksisitasnya:

ü Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari

ü Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari

Efek sampingnya:

ü Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila dalam keadaan kosong

ü Kejang-kejang/gangguan kesadaran

ü Gangguan sistem haemopoitik

ü Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis

Formulasi obat

Formulasi obatnya adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet

Ø Kina

Kerja obat ini adalah:

ü Sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal

ü Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap spesies lain cukup efektif
Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA terganggu yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.

Toksisitasnya:

ü Dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)

ü Dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)

Efek sampingnya

Efek sampung obat ini adalah Chinchonisme Syndrom dengan keluhan: pusing, sakit kepala, gangguan pendengaran –telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah, tremor dan penglihatan kabur.

Formulasi obat:

ü Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.

ü Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)

Ø Sulfadoksin Pirimetamin (SP)
Kerja obat ini adalah:

ü Sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin)

ü Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan gametosit

Farmakodinamikanya:

ü Primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu

ü SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel dan sitoplasma parasit

Toksisitasnya:

ü Sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari (dewasa)

ü Pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250 mg/hari (dewasa)

Efek sampingnya:

ü Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah

ü Pandangan kabur

ü Sakit kepala, pusing (vertigo)

ü Haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi.

Kontra indikasinya:

ü Idiosinkresi

ü Bayi kurang 1 tahun

ü Defisiensi

Formulasi obat

Formulasi obatnya adalah SP: 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin

BAB II

PENUTUP

1. Kesimpulan

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus plasmodium.

Malaria merupakan Penyakit yang mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangannya ini berasal dari nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua atau matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.

2. Saran

Disarankan agar pemerintah dapat memperhatikan kondisi rakyat kecil yang sangat rentan terkena penyakit malaria sebelum terjadi kejadian luar biasa (KLB).

MATERI KESEHATAN AGROPOLITAN "PENCEMARAN LINGKUNGAN"

Matakuliah: Kesehatan Agropolitan

SAP 6

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Universitas Gorontalo

2009

SAP 4

PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. Pengertian

Pencemaran lingkungan adalah masuknya dan dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia dan proses alam sehingga kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Zat, energi dan atau komponen lain berbentuk padat, cair dan gas yang merupakan residu atau hasil samping suatu proses produksi dan dapat menurunkan kualitas lingkungan disebut limbah. Limbah muncul sebagai konsekuensi dari kegiatan manusia dalam mengelola sumberdaya melalui proses produksi yang tidak 100% efisien. Limbah yang telah mencemari lingkungan akan berpotensi mengganggu kesehatan manusia.

Karena kegiatan manusia, pencermaran lingkungan pasti terjadi. Pencemaran lingkungan tersebut tidak dapat dihindari. Yang dapat dilakukan adalah mengurangi pencemaran, mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya agar tidak mencemari lingkngan.

Kemajuan dibidang industri dan teknlogi membawa kesejahteraan khususnya di sektor ekonomi. Namun demikian menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, yang pada akhirnya menyebabkan malapetaka bagi manusia.

Penanggulangan harus dilakukan agar usaha peningkatan kesejahteraan melalui penerapan kemajuan industri dan teknologi maju tanpa merusak lingkungan sesuai dengan yang diharapkan. Pencemaran lingkungan akan membawa dampak yang merugikan manusia secara langsung maupun tidak langsung.

Kerugian secara langsung, apabila pencemaran lingkungan tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan akibatnya oleh manusia. Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun.

Daya dukung lingkungan yang mengalami kerusakan memerlukan waktu pemulihan yang sangat panjang. Secara umum kerusakan daya dukung lingkungan disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

  1. Kerusakan karena faktor internal

Penyebabnya secara natural

Misalnya: gempa bumi, letusan gunung berapi, badai, banjir (air dan lumpur)

  1. Kerusakan karena faktor eksternal

Penyebabnya dari prilaku manusia untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan

Misalnya: industri yang mencemari lingkungan, eksploitasi sumberdaya alam, penggunaan bahan bakar posil berlebihan, limbah rumah tangga, dan kegiatan jasa lainnya seperti rumah sakit, pasar, hotel, peternakan dll.

Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran di sebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila :

1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.

2. Berada pada waktu yang tidak tepat.

3. Berada di tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan adalah :

1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi.

2. Merusak dalam waktu lama.

Contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

B. Klasifikasi Pencemaran Lingkungan

Menurut wujudnya zat pencemar dapat dibagi kedalam 3 kategori, yaitu

- zat pencemar padat,

- cair dan

- gas,

Menurut sifat kimianya dibagi 2 kategori yaitu

- zat pencemar organik dan

- anorganik.

Menurut faktor-faktor yang dicemari dibagi 3 yaitu

- pencemaran udara,

- air dan

- tanah.

Menurut sifat bahan pencemar dibagi 3 yaitu

- pencemaran biologis,

- kimia dan

- fisik.

Tipe pencemaran dibedakan dalam dua kelompok, yaitu

1. Pencemaran organik

Seluruh makhluk hidup mengeluarkan limbah organik sebagai hasil aktivitas hidupnya. Pada populasi rendah limbah organik tidak terakumulasi di lingkungan karena limbah tersebut dikonsumsi oleh organisme lain dan didaur ulang, sebaliknya pada populasi padat, limbah organik yang menumpuk pada tempat-tempat tertentu, limbah cair yang terkumpul sungai akan membusuk secara alami dalam waktu yang lama.

Pada konsentrasi tinggi menyebabkan daya asimilasi air sungai kurang berfungsi sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih di daerah hilir, manusia dapat teracuni dan mati oleh air sungai yang tercemar berat atau oleh organisme pembawa penyakit. Hal ini disebabkan pola pembusukan dan daur ulang tradisional tidak dapat berjalan.

2. Pencemaran senyawa kimia sintesis

Jumlah dan variasi senyawa kimia sintesis sangat variatif dan terkandung dalam cat, zat warna kain, zat tambahan untuk makanan, bahan bangunan, kain zat pembersih, kosmetik dan lain-lain.

Senyawa kimia sintesis mempunyai sifat sangat variatif, beberapa diantaranya berfungsi sebagai obat racun

C. Parameter Pencemaran Lingkungan

Untuk mengukur tingkat pencemaran diasuatu tempat digunakan parameter pencemaran. Parameterpencemaran digunakan sebagai indikator (petunjuk) terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi. Paarameter pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan parameter biologi.

1. Parameter Fisik

Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan radioaktivitas.

2. Parameter Kimia

Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO2, pH, keasaman, kadar logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajukan pengukuran pH air, kadar CO2, dan oksigen terlarut.

a. Pengukuran pH air

Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan pH 6,5 – 8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapurmenyebabkan kondisi air menjadi alkali (basa). jadi, perubahan pH air tergantung kepada macam bahan pencemarnya.

Perubahan nilai pH mempunyai arti penting bagi kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam) atau tinggi (sangat basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan organisme. Untuk setiap perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau dari 5 ke 4) dikatakan keasaman naik 10 kali. Jika terjadi sebaliknya, keasaman turun 10 kali. Keasaman air dapat diukur dengan sederhana yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam air untuk melihat perubahan warnanya.

b. Pengukuran Kadar CO2

Gas CO2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar gas CO2 terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu, pH, dan banyaknya organismeyang hidup di dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air, semakin tinggi kadar karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan air yang berfotosintesis). Kadar gas CO dapat diukur dengan cara titrimetri.

c. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut

Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part per million atau satu per sejita; 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal :

a. Proses oksidasi (pembongkaran) bahan-bahan organik.

b. Proses reduksi oleh zat-zat yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan.

c. Proses pernapasan orgaisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam hari.

Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar organik) dapat mengurangi persediaan oksigen terlarut. hal ini akan mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalam air. Semakin tercemar, kadar oksigen terlerut semakin mengecil. Untuk dapat mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan dengan metode Winkler.

Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik dikenal sebagai parameter biokimia. contohnya adalah pengukuran BOD dab COD.

Pengukuran BOD

Bahan pencemar organik (daun, bangkai, karbohidrat, protein) dapat diuraikan oleh bakteri air. Bakteri memerlukan oksigen untuk mengoksidasikan zat-zat organik tersebut. akibatnya, kadar oksigen terlarut di air semakin berkurang. Semakin banyak bahan pencemar organik yang ada di perairan, semakin banyak oksigen yang digunakan, sehingga mengakibatkan semakin kecil kadar oksigen terlarut.

Banyaknya oksigen terlerut yang diperlukan bakteri untuk mengoksidasikan bahan organik disebut sebagai Konsumsi Oksigen Biologis (KOB) atau Biological Oksigen Demand, yang biasa disingkat BOD. Angka BOD ditetapkan dengan menghitung selisih antara oksigen terlarut awal dan oksigen terlarut setelah air cuplikan (sampel) disimpan selama 5 hari pada suhu 20oC. Karenanya BOD ditulis secara lengkap BOD205 atau BOD5 saja. Oksigen terlarut awal diibaratkan kadar oksigen maksimal yang dapat larut di dalam air. Biasanya, kadar oksigen dalam air diperkaya terlebih dahulu dengan oksigen. Setelah disimpan selama 5 hari, diperkirakan bakteri telah berbiak dan menggunakan oksigen terlarut untuk oksidasi. Sisa oksigen terlarut yang ada diukur kembali. Akhirnya, konsumsi oksigen dapat diketahui dengan mengurangi kadar oksigen awal dengan oksigen akhir (setelah 5 hari).

3. Parameter Biologi

Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang peka dan ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu. Organisme yang peka akan mati karena pencemaran dan organisme yang tahan akan tetap hidup. Siput air dan Planaria merupakan contoh hewan yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung siput air dan planaria menunjukkan sungai tersebut belum mengalami pencemaran. Sebaliknya, cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan bahkan berkembang baik di lingkungan yang kaya bahan organik,meskipun spesies hewan yang lain telah mati. Ini berarti keberadaab cacing tersebut dapat dijadikan indikator adanya pemcemaran zat organik. Organisme yang dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai indikator biologis.

Indikator biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada indikator kimia. Pabrik yang membuang limbah ke sungai dapat mengatur pembuangan limbahnya ketika akan dikontrol oleh pihak yang berwenang. Pengukuran secara kimia pada limbah pabrik tersebut selalu menunjukkan tidak adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian dengan makluk hidup yang menghuni ekosistem air secara terus menerus. Disungai itu terdapat hewan-hewan, mikroorganisme, bentos, mikroinvertebrata, ganggang, yang dapat dijadikan indikator biologis.

D. Dampak Pencemaran Lingkungan

1. Punahnya Spesies

Sebagaimana telah diuraikan, polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengelami keracunan, kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda, larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar., adpula yang tidak. Meskipun hewan beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampui, hewan tersebut akan mati.

2. Peledakan Hama

Penggunaan insektisida dapat pula mematikan predator. Karena predator punah, maka serangga hama akan berkembang tanpa kendali.

3. Gangguan Keseimbangan Lingkungan

Punahnya spesies tertentu dapat mengibah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan larian energi menjadi berubah. Akibatnya, keseimbangan lingkngan terganggu. Daur materi dan daur biogeokimia menjadi terganggu.

4. Kesuburan Tanah Berkurang

Penggunaan insektisida mematikan fauna tanah. Hal ini dapat menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Hal ini juga dapat menurunkan kesuburan tanah. Demikian juga dengan terjadinya hujan asam.

5. Keracunan dan Penyakit

Orang yang mengkonsumsi sayur, ikan, dan bahan makanan tercemar dapat mengalami keracunan. ada yang meninggal dunia, ada yang mengalami kerusakan hati, ginjal, menderita kanker, kerusakan susunan saraf, dan bahkan ada yang menyebabkan cacat pada keturunan-keturunannya.

6. Pemekatan Hayati

Proses peningkatan kadar bahan pencemar melewati tubuh makluk dikenal sebagai pemekatan hayati (dalam bahasa Inggrisnya dikenal sebagai biomagnificition.

7. Terbentuknya Lubang Ozon dan Efek Rumah Kaca

Terbentuknya Lubang ozon dan terjadinya efek rumah kaca merupakan permasalahan global yang dirasakan oleh semua umat manusia. Hal ini disebabkan karena bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak di tempat lain.

Usaha-usaha Mencegah Pencemaran Lingkungan

1. Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau pemukiman penduduk.

2. Pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem.

3. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan.

4. Memperluas gerakan penghijauan.

5. Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran lingkungan.

6. Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.